Terasa sepi saat satu persatu pelayat meninggalkan rumah. Kucari ibu. Tentu saat ini, ibulah yang paling merasa kehilangan. Kuketuk pintu lalu membuka gerendel.
Ibu membelakangiku. Di depannya ada sebuah peti besar. Peti yang dulu pernah coba kubuka tapi tak pernah berhasil. Dan peti itu kini terbuka lebar!
Ibu menoleh. Matanya berair. Kulihat dia sedang memeluk sesuatu.
“Di peti ini, semua kenangan ibu dan ayah berada.”
Mataku melihat sesuatu. Kuambil dari himpitan barang lain. Aku ingat kisah robot ini hingga harus masuk ke peti.
“Robot ini ayah ambil karena membuat kalian berkelahi karenanya. Ayah akan mengembalikan kalau kalian bisa akur.” Namun, robot itu tak pernah kembali meski aku dan Benny akur.
Tubuhku semakin menjorok ke dalam peti. Semakin ke dalam, makin banyak benda-benda masa lalu yang kembali kuingat.
Aku terkejut saat aku secara tak sengaja menyenggol sesuatu yang besar dan menyembul.
Astaga! Konde? Tapi, siapa yang pakai konde di rumah ini?
“Ini milik Ibu?” Kutarik keluar konde itu. Aaah, pertanyaan yang kemudian kusesali. Satu-satunya perempuan di rumah ini dulunya hanya Ibu. Sebelum istriku dan istri Beny masuk ke dalam keluarga kami.
Ibu mengerutkan kening. Meletakkan foto yang tadi dipeluknya kemudian mengambil konde di tanganku. Ibu menggeleng.
Kami terdiam. Suasana terasa canggung. Kini, pasti menjadi pemikiran ibu dengan kehadiran sebuah konde tak dikenal di peti kenangan keluarga kami.
“Diana. Ini pasti milik Diana.”
Aku menoleh. Pikiranku mulai menebak berbagai kemungkinan tentang sosok Diana.
“Waktu itu, ibu sudah siap menghadiri acara Hari Ibu di sekolahmu. Mendadak perut ibu sakit padahal prediksi dokter belum waktunya lahiran. Ibu sudah bilang untuk menjemputmu di sekolah. Tapi ayah tak ingin kamu melewatkan moment itu. Jadi, ayah menghubungi Diana.”
Giliranku yang berpikir keras mengingat masa itu. Agak samar. Yang aku ingat saat itu memang ada sosok perempuan yang kucuci kakinya. Tapi…
Aku tersentak seketika.
“Bukankah saat itu ayah yang menggantikan ibu?”
Ibu mengangguk. “Setelah acara itu, ayah langsung membawamu menjenguk ibu. Dokter dan perawat tertawa. Ayah masih memakai kebaya dan konde!”
Kami tersenyum mengingat ayah.
“Tapi, Diana siapa, Bu?”
“Diana yang mendandani ayahmu. Setelah acara itu, Diana mengadu ke ibu karena ayah menghilangkan kondenya. Ternyata… ayah menggantinya dengan uang karena sudah memasukkan konde itu dalam peti ini.”
***
Terinspirasi tentang Hari Ibu di film The Little Comedian 😀
Ini ceritanya manis banget ya.. 🙂
Dan sosok bapaknya kelihatan sangat sentimentil. Semua kenangan ditaruhnya di dalam peti.. 😀
Sukaa..
Carl Fredricksen emang manis 😀
Waktu buat ini saya bayangin sosok ayahnya kan dia
hihhihii iyya, manis banget, mungkin juga pengaruh kata2nya 🙂
Wow, pengaruh kata2nya ya? Atau pengaruh yang nulis, nih yang manis hihihi… 🙂
bagus benget nih ceritanya, Mbak 🙂
Aih, seneng deh mbak Diah bilang ‘bagus’ pake ‘banget’ 😀
Manis sekali ceritanya. Saya suka baca2 punya temen-temen tapi belum pernah ikut prompt hehe
Makasih, mbak Maftuhah 😀
Seneng deh udah bersedia mampir
Baca-baca juga gak apa2 sambil belajar. Nanti ikutan kalau prompt-nya dirasa bisa ditaklukan hehehe… 🙂
wahh.. saya kira punya Diana. Ternyata.. 😀
Kondenya emang punya Diana
Dia kan pemilik Salon Diana 🙂
Saya ud kira diana itu sosok ayah saat lain gitu 😀
Kenangan yang tersimpan rapi dan sangat membekas tentang ayah.. 🙂
Kalau menurut pendapat saya, Diana bukan sosok ayah saat jadi perempuan. Tapi Diana adalah pemilik salon yang mendandani si ayah berpura-pura jadi ibu dengan konde, saat menggantikan ibunya yang harus ke rumah sakit.
Itu yang saya tangkap.. 😀
IMHO
kok tumben sih bikin ffnya ga cetar membahana? :p
enaknya ya jawaban bahwa si ayahlah yg nggantiin ibunya itu di akhir cerita, jadi berasa banget. soalnya pikiranku udah kemana2, begitu dibilang itu ayahnya yg nggantiin aku jd melayang mikirin apalagi yg dilakukan ayah dgn diana? masak cuma dandanin doang? :p
Yeee… kapan saya bikin yang cetar ya hahaha *mendadak amnesia*
Oh, tidak, tidak… saya tidak ingin merusak kenangan tentang ayah. Lagi pula ayah tidak akan tertarik sama Diana soalnya nama aslinya Ardian 😀 *abaikan info ini*
Waktu buat ini memang saya perkirakan pembaca akan memiliki tebakan soal Diana dan ayah. Tapi saya tidak suka menggantung pembaca untuk menebak2 sendiri siapa Diana. Jadi saya buat ending yang terang benderang, terpampang nyata 🙂
ealah…… -___- kirain siapa si Amone teh 😛 ternyata…
BAGOS! LANJOTKAN! *halagh* *dislepet konde*
SENGAJAAAA… sengaja mak. Mau menggoda dirimu hihihi… 😀
Btw, Amone itu nama saya juga loh. Panggilan ponakan buat diriku ^.^
Asli, saya suka banget cerita ini!!
Sangat manis!!
Kompor gas!! Thumbup.
Hari Ibu? Ada ga ya Hari Ayah? 😀
Yeaaah, kompor gas!
Saya memang sedang STAND UP COMEDY ini *halah*
Hidup, Muslim Madura Move On! *eh?!*
Di LN ada hari Ayah, loh 😀
kasih ibu sepanjang masa..
kasih ayah tak berbatas …
baguuus ceritanya mba 😀
Wah, makasih Ronal 😀
*’bagusnya’ u-nya ada 3 berarti pake banget gak?*
ayahnya cantik pasti… maksudku. ada laki-laki yang kalau didandani ala perempuan bisa jadi lebih cantik dari perempuan asli…
manis mbak 🙂
Cantik maskulin hahaha… 🙂
Ayahnyaaaaaaa … pake konde? O____O
Cara ngebuka twist-nya keren, Mbak. Pelan-pelan gitu kayak ngebuka lapisan bawang. *sok ngasih perumpamaan*
Ohya? Makasih… ^.^
Sedang ngebayangin si ayah make konde… *hmmm* 😀
Bayangin Carl Fredricksen pake konde… (-_-‘)