Untuk kesekian kalinya, saya diberi kesempatan melakukan perjalanan keluar kota secara gratis. Ya, gratis dalam artian biaya perjalanan PP ditanggung. Kali ini, biaya perjalanan ditanggung oleh teman-teman yang memilih saya sebagai perwakilan untuk menghadiri Walimahan seorang teman di kota Bau-Bau, provinsi Sulawesi Tenggara.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya saya ke Bau-Bau. Tahun 2003, saya pernah 2 kali menginjakkan kaki di sana saat menuju ke Surabaya lewat jalur laut dan darat. Saat itu, kota Bau-Bau hanya sebagai tempat persinggahan. Jadi, saya tidak memiliki kesempatan jalan-jalan saat itu.
Ketika bulan Maret di tahun 2009 datang tawaran ke sana lagi dan gratis pula, saya tidak perlu berpikir lama untuk meng-iyakan, meski hanya diberi kesempatan packing kurang dari 12 jam. Saat itu saya excited banget.
Pagi buta, dengan mengendarai ojek, saya telah menerobos jalan-jalan kota Kendari menuju pelabuhan di ujung kota. Saya harus ke loket pembelian tiket lebih dahulu, karena begitu singkatnya waktu yang diberikan kepada saya, sedang Kapal Sagori yang akan saya tumpangi berangkat pukul 7.
Fiuh, syukurlah… saya tidak terlambat.
Di kapal, saya mencari posisi nyaman karena tahu perjalanan lumayan lama, ± 6 jam perjalanan. Dan saya memilih untuk menghabiskan waktu saya dengan tidur.
Siang hari, sekitar pukul 13, saya tiba di pelabuhan kota Bau-Bau. Keluar pelabuhan, disambut oleh salah satu dari dua simbol kota Bau-Bau: Nanas, yang mengambarkan kesejahteraan.
Saya hanya memiliki waktu singkat untuk berganti pakaian menuju ke acara Walimahan. Di sana saya bertemu dengan sahabat saya, Rasni. Kami telah janjian bertemu di acara itu karena rencananya, selama saya di Bau-Bau, dialah yang akan menjadi tour guide saya.
Tempat pertama yang ada dalam daftar list saya adalah Benteng Keraton Buton. Kata orang, kita belum dikatakan ke pulau Buton kalau belum ke Benteng Keraton Buton ini. Benteng ini merupakan benteng terluas di dunia, seluas 22,8 hektar dengan keliling tembok sepanjang 2.740 meter. Berbahan dasar batu gunung yang direkatkan dengan pasir dan batu kapur, tinggi benteng bervariasi antara 1-8 meter. Ketebalannya juga, antara 0,5-2 meter. Benteng tersebut memiliki 12 pintu dengan 16 pos pertahanan. Pada setiap pintu dan sudut benteng terpasang meriam. Jumlahnya seratus pucuk. [bisa pula dibaca di sini]
Huwaaa… saya sudah tak sabar hendak ke sana.
Keesokan harinya… karena Rasni masih ada kegiatan lain pada pagi harinya serta harus mempersiapkan kamera dan teropong –benda wajib yang harus dibawa jika ke Benteng Keraton Buton, jadilah setelah shalat Ashar, kami baru menuju ke Benteng Keraton. Karena benteng ini letaknya di puncak bukit, perjalanan kami menanjak, membuat kendaraan kami agak kesulitan mendaki.
Menurut rencana, kami akan mulai dari benteng paling atas. Namun karena sudah sore, dan perjalanan masih terus menanjak, kami berhenti di benteng pertama. Rumah tempat saya berfoto ini merupakan rumah permaisuri.
Hanya beberapa menit saja kami di situ, kami lalu turun ke benteng terluar. Hal pertama yang paling menarik minat saya adalah Masjid Keraton (masigi). Melihat masjid ini dari dekat saya merasakan hal yang sangat luar biasa. Karena di awal Desember 2008, saat saya ke Wakatobi, saya mengunjungi pameran dan mendapatkan brosur tentang Benteng Keraton. Dan hal yang ingin saya lihat adalah masjid ini. Dan sungguh luar biasa bagi saya, hanya dalam jangka waktu 3 bulan, masjid itu kini berada di depan mata saya!
Saya selalu tertarik dengan kisah lubang di dalam masjid itu. Konon, bila melihat ke dalam lubang itu, kita akan melihat orang-orang yang telah meninggal. Pada suatu shalat jumat ada seorang anak yang iseng melihat ke dalam lubang itu dan melihat ibunya –yang telah meninggal, di sana. Dia lalu memanggil ibunya sambil menjulurkan tangan. Karena terlalu jauh menjulurkan tangan, dia terjatuh ke lubang itu. Dan, tak pernah ditemukan! Wallahu ‘alam, hanya Allah yang tahu kebenaran kisah itu.
Hingga kini, lubang itu telah ditutup karena banyaknya orang yang penasaran ingin melihat ke dalamnya. Saking penasarannya, saya pernah bermimpi berada di dalam masjid itu dan melihat lubang yang telah di tutup itu. Saya berharap, suatu hari saya diberi kesempatan melihatnya secara langsung.
Hal yang menarik selanjutnya adalah sulana tombi (tiang bendera). Sulana tombi ini termasuk tiang bendera tertua. Sulana tombi terletak di sebelah kanan masigi sebagai peninggalan sejarah yang sedianya adalah sebuah tiang bendera untuk mengibarkan bendera/panji Kesultanan Buton. Tiang bendera setinggi 21 meter tersebut dibangun pada 1712 di antara masa pemerintahan Sultan Ke-4 Dayanu Iksanuddin dan Sultan Ke-5 La Balawo yang bergelar Sultan Abdul Wahab atau Mosabuna yi Watole. Sulana tombi kini disanggah empat tonggak lantaran sudah termakan usia. Tiang dari kayu jati itu pernah tersambar petir, tapi masih terpancang dan sudah mengibarkan banyak bendera. Mulai bendera Keraton Buton, Belanda, Jepang, dan tentu saja Merah Putih. [lebih lanjut bisa dibaca di sini]
Konon, di bawah tiang bendera ini ada sebuah ceruk tempat Aru Palakka pernah bersembunyi saat dicari oleh pasukan Gowa [lebih jelasnya bisa dilihat di sini]
Benda yang paling banyak terlihat saat mengitari benteng keraton buton ini adalah meriam. Beberapa masih utuh sebagai mana bentuk awalnya.
Di benteng ini, kita bisa melihat kota Bau-Bau dari dekat dengan menggunakan teropong. Nah, karena jarang ada penjual, sebaiknya saat ke sini membawa makanan sendiri, dan sampahnya jangan dibuang sembarangan.
Jika hendak pulang, kita bisa melalui salah satu pintu benteng. Dan menuju ke jalan raya terdekat melalui anak tangga yang lumayan banyak.
Tak terasa waktu semakin sore. Kalau boleh memilih, saya ingin menyaksikan sunset dari atas keraton ini. Sayang, karena tidak membawa kendaraaan sendiri, jadi agak susah menemukan kendaraan jika kami pulang malam hari. Jadi, kami sepakat untuk menikmati sunset di pantai Kamali, salah satu pusat keramaian di kota Bau-Bau. Di pantai ini juga ada simbol lain kota ini: Naga, yang menggambarkan keberanian.
Di dekat pantai ini, ada pusat perbelanjaan, jadi kalau mau beli oleh-oleh, tidak perlu pergi jauh. Dan salah satu oleh-oleh paling terkenal di kota ini adalah kacang mete. Tersedia dua pilihan. Kacang mete yang sudah matang, artinya bisa langsung dimakan. Atau kacang mete mentah, yang harus diolah lebih dahulu. Sahabat saya, Rasni memberi tahu bagaimana mengolahnya, jadi saya memilih kacang mete mentah yang harganya relatif lebih murah dari yang telah diolah.
Karena esok harinya saya harus pulang, malam itu kami habiskan lebih lama di pantai Kamali. Menikmati permainan anak-anak yang membuat kami tertawa karena mengingat masa kecil. Menikmati hembusan angin malam sambil menatap lautan lepas. Dan sesekali saling curhat. Hah, cara menutup hari yang indah!
***
“Tulisan ini diikutkan pada Giveaway Pertama di Kisahku bersamaKakakin
*Tulisan ini pernah dipublikasikan di blog saya yang lain
**Ucapan terima kasih sekali lagi kepada Rasni. Love U, Mhuaaaach… 🙂
***Terima kasih buat mbak Monda yang telah mengadakan GA ini. Jika belum pernah berkunjung ke Benteng Keraton Buton, semoga suatu hari bisa ke sana yah 😀
wah, enaknya jalan-jalan ya mba.. apalagi jika gratis… wah..wah.. saya juga hobby banget tuh dan ga akan berfikir panjang untuk mengiyakan, hehe..
Menarik sekali uraian perjalanan dan kisah kunjungannya ke benteng keraton butonnya mba.. trims for share yaa, dan salam kenal. 🙂
sukses untuk giveawaynya, semoga menang! 🙂
hehehe… iya mbak, kalau gratis emang enak hahaha… :).
Alhamdulillah saya sudah beberapa kali melakukan perjalanan gratis. Cuman beli oleh2nya yang gak gratisan… 🙂
Terima kasih, mbak alaika… salam kenal juga yah
Amin… thank doanya
Benteng Buton ini memang cantik ya…, apalagi letaknya di bukit jadi bisa lihat pemandangan sekeliling
terima kasih banyak ya, sudah dicatat sebagai peserta.
Asyiiik… lolos jadi peserta 🙂
Iya, letaknya memang di bukit… bisa liat kota Bau-Bau dari atas. Kalau beruntung, bisa masuk ke istananya hehehe…
Asyiknya, gratis .. bisa foto2 sekaligus bikin tulisan di blog, ikut GA pula. Keren deh liputannya. Tinggalnya di Kendari ya mbak?
Makasih mbak Niar 🙂
Saya gak nolak yang gratisan hehehe…^^
Iye, saya di Kendari, mbak.
waaah. . .
yang atas itu apakah ularnaga mbaaa? 😉
rame-rame merayakan ultah blognya mba monda ya mba. . .
idah juga ikut. . .
http://idahceris.wordpress.com/2012/02/29/museum-dieng-kailasa/. 😉
Hehehe… iyah, itu naga. Dari mulutnya keluar air mancur, cuman gak kelihatan airnya yah hehehe…
Yep, ikutan GA-nya mbak monda 🙂
Enaknya jalan-jalan gratis ya mbak :).
Apalagi ngliat pemandangan indah dan benda-benda sejarah yang antik-antik. Sukses selalu mbak…
Hehehe… saya gak nolak om Noer, kalau diundang jalan2 gratis ke Sulawesi Tengah… ^^
Amin… terima kasih do’anya 🙂
boleh itut?
azik……….
hehehe… hayuk
seruu ya bunda.. 🙂
memang kalau ke Bau-Bau g’ da habisnya hehe.. o ya, saya ketika mau ke toko sinar wolio itu sayangnya udah mau tutup, jd cuma beli gantungan kunci buton ja.. hehe
moga sukses bunda GA-nya 😀
Yep… setiap ke Bau-Bau selalu menemukan kejutan tiap kali ke sana.
Hehehe… ke Sinar Wolio juga yah. Wah, gak sempat beli oleh-oleh kacang mete donk.
Sukses juga GA-nya yah buat mas Fajar 🙂
wah pertama berkunjung kesini…wah bau2 rupanya yg lagi di bahas,,saya juga pernah kesana..klo pulang kampung saya transit di bau2..kampungku di wakatobi kak…
salam kenal,,,kunjungan baliknya di tunggu..
Ibu juri datang… 😀
Saya baru tau, ternyata di Buton pernah ada kerajaan ya 🙂
Semoga saya berkesempatan pula ke benteng itu dan mengunjungi masigi-nya 🙂
Hehehe… silahkan lihat2 ibu juri
Amin, semoga kakaakin suatu hari bisa ke sana yah 🙂
*nyatet Bau-Bau dalam travel wishlist*
Sip, mbak De 🙂
sekali2 ajak saya dong mbak jalan2 hehehe
Hehehe… boleh. Tapi BSS yah? Bayar sendiri-sendiri … ^^
Walaupun tournya singkat tapi ulasannya detail banget.. salut buat mba Nur’
ditunggu ulasan untuk daerah lain mba’.
Hehehe… tournya singkat tapi sebelum ke sana kan udah pernah baca brosur tentang Benteng Keraton Buton. Jadi… terasa mimpi jadi nyata deh pas ke sana 🙂
Wah bisa tuh jadi target kunjungan wisata jika ada project ke daerah Bau-bau ….
Sip… 🙂
Kalo ada project ke Bau-Bau… mesti ke sana om Ratno. Siapkan waktu sehari penuh deh!
wdiw. seru2 jdi pngn jalan2 di bentengnya mbak ._.
pantainya boleh jga tuh mbak. ada patung’y naga’y lg 🙂
meriam’y itu msh pda bsa dpke ga mbak? : D
Meriamnya gak bisa dipake lagi, Egi 🙂
Hehehe… pantainya emang keren. Di samping kanan naga… ada pelabuhan kecil menuju Pulau Makassar (bukan kota Makassar loh)
Di pulau itu pernah dijadikan tempat syuting FTV SCTV.
Pulau itu juga jadi salah satu target kunjungan selanjutnya kalau ke Bau-Bau lagi 🙂
owh. dkrain bsa mbak. kan lmyan buat dipke perang : D
msh pda bening ga air’y mbak? : D owh. bleh jga. ntar edgi jga syuting dsana mbak : D
wdiw2. laen kli bwa edgi dung mbak. siapin koper yg gede. : D